PEMBENTUKAN KATA
karena sifat kearbitrerannya, tidak dapat ditelusuri lagi
cara pembentukannya ,tetapi banyak pula yang perlu ditelusuri proses
pembentukannya. Yang kedua ini kita
sebut proses pembentukan yang bukan
gramatikal, sebagai dikotomi yang dibentuk melalui proses gramatikal. Disamping
itu , ada yang dibentuk melalui proses perubahan internal dan melalui proses
adopsi.
4.1 Pembentukan Bukan Grametikal
Setiap kata, sesuai dengan teori klasik dari Ferdinand de
Saussure ( 1913 ) terdiri dari dua komponen yaitu ; komponen bentuk atau bunyi
(Prancis; signifiant) dan komponen makna, arti, atau konsep (prancis;signifie).
Kedua komponen ini merupakan fenomena intralingual mengacu pada sebuah rujukan
atau referen yang merupakan fenomena ekstraligual. Disamping itu menurut teori
linuistik umum (chaer, 1994), hubungan antara bentuk dan makna bersifat arbitrer artinya hungan
antara bentuk dan makna itu tidak berisfat wajib sehingga hubungan keduanya
tidak dapat dijelaskan. Misanya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang
berkaki empat yang bisa dikendarai (ini adalah makna) disebut kuda (ini adalah
buntuk atau bunyi). Dengan diawali kata lain, pembentukan kata kuda untuk
memadahi konsep binatang berkaki empat yang bisa dikendarai tidak dapat dilacak
dan diketahui cara pembentukanya. Meskipun demekian ada sejumlah kata yang
proses pembentukanya dapat ditelusuri ya ini melalui proses onomatope, proses
akroninisasi dan pengambilan dari nama penemu, pembuat,tokoh, atau nama tempat.
4.1.1 Proses Onomatope
Dalam proses onomatope, kata- kata itu dibentuk dengan
meniru bunyi hal, benda,atau peristiwa yang mengeluarkan bunyi tersebut.
Misalnya binatang jenis reptil kecil
yang melata di dinding disebut atau diberi nama cecak karena binatang itu
mengeluarkan bunyi “cak, cak, cak”. Sebenarnya kata-kata yang dibentuk melalui
proses onomatape ini tidak persis sama dengan bunyi yang ditirukan, tetapi
hanya mirip saja, sesuai dengan yang di dengar telinga, dan sesuai dengan
sistem bunyi bahasa yang bersangkutan.
4.1.2 Akronimisasi
Proses akronimisasi akan menghasilkan bentuk kata yang
disebut akronim. Dalam proses pembentukannya sebuah makna ata konsep yang
ditampilkan dalam bentukdua buah kata atau lebih,disingkat kata-katanya
sehingga membentuk sebuah kata baru. Misalnya, kata cipularang berasal dari
nama Ciampek-Purwakarta-Bandung melalui Padalarang. Boleh dikatakan kata yang
terbetuk sebagai hasil akronimisasi ini adalah merupakan singkatan juga. Namun,
singkatan ang dapat “diperlukan” sebagai sebuah kata karena lazim diucapkan dan
digunakan sebagai sebuah kata. Dalam pembentukannya ada beberapa cara
penyingkatan, yaitu:
1.
Pengambilan huruf – huruf ( fonem- fonem)
pertama dari kata yang menbentuk konsep itu. Misalnya: abri = angkatan bersenjata Republik Indonesia
Ikip = institut keguruan dan ilmu
pedidikan
Bentuk abri dan ikip lazim di
ucapkan dan ditulis sebagai kata karena it bisa disebut sebagai akronim.
2.
Pengambilan suku kata pertama dari setiap kata
yang membentuk wadah konsep itu. Misalnya : balita = bawah lima tahun
Ormas = organisasi massa
Dalam hal ini banyak juga
diambil suku kata pertama ditambah huruf pertama dari suku kata kedua pada kata
pertama dan juga pada kata kedua.
3.
Pengambilan suku kata yang di anggap dominan
dari kata-kata yang diwadahi kosep it. Misalnya: depdiknas = Departemen
Pendidikan Nasional
Gakin = keluarga miskin
4. Pengambilan
suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tdak beraturan ,
namun masih dengan memperthatikan keindahan bunyi,
Misalnya: pilkada = pemilihan kepala daerah
Organda = organisasi angkutan darat
5. Pengambilan
unsur – unsur kata yang mewadahi konsep it ,tetai sukar disebutkan
teraturnya.termasuk disini misalnya:
sinetron = sinema elektronik
Iptek = ilmu
pengetahun dan teknologi
Kata-kata yang
terbentuk sebagai hasil proses akronimisasi ini kita dapati hampirdalam semua
bidang kegiatan. Oleh karena itu biasanya akronim itu hanya dipahami oleh
mereka yang berkecimpung dalam bidang tertentu saja.
Barang kali perlu di ketahui gejala
yang besifat humor, yaitu tidak perlu ditanggapi secara serius , misalnya :
benci di panjangkan menjadi benar-benar cinta dan bupati di panjangkan menjadi
buka paha tinggi-tinggi.
4.1.3 Nama Penemu, pembuat, Tokoh,
Merek Dagang, dan tempat
Dalam bahasa Indonesia ada
sejumlah kata yang bila ditelusuri brasal dari nama seorang penemu, pembuat,
toko, merek dagang, dan tempat. Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi
frekuansi kemunculannya dalam pratik bahasa cukup tinggi. Contoh kata yang
berasal dari nama penemu adalah kata mujair (nama sejenis ikan air tawar), yang
mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh
seorang petani di Kediri, Jawa Timur, yang bernama mujair dan contoh yang
berasal dari nama pembuat adalah kondom ( sejenis alat kontersepsi) yan di buat
oleh dokter condom. Kata-kata yang berasal dari nama pabrik atau merek dagang
antara lain kata aqua, kodak , miwon, dll, sedngkan kata yang berasal nama
tempat juga cukup banyak diantaranya kenari, sarden, magnet.
4.2 Pembentukan Kata Gramatikal
Kata-kata “jadi” maupun kata-kata
yang dibentuk melalui proses onomatope dan proses akronimisasi dalam ertuturan, biasanya perlu
dibentuk dulu menjadi kata gramatikal melalui proses gramatika, yaitu proses
afiksasi, proses reduplikasi, proses komposisi, atau proses konversi. Dalam
proses gramatka ini ada bentuk dasar (atau dasar saja) yang kepadanya dikenekan
proses itu, dan ada unsur embntukan, yaitu afiks (imbuhan), reduplikasi
(pengulangan), komposisi (penggabungan), dan konversi (pemindahan atau pengubahan
status). Bentuk dasar (ata dasar) dalam pembentukan kata gramatikal dapat
berupa bentuk pradasar,kata dasar, kata berimbuhan,kata berulang, atau kata
gabung. Bentuk pradasar adalah morfem dasar
terikat seperti bentuk juang pada kata berjuang, bentuk sia pada kata
sia-sia, dan bentuk moga pada kata moga-moga atau semoga. Bentuk juang, sia,
dan moga disebut sebagai bentuk pradasar atau morfem dasar terikat karena bentuk-bentuk tersebut tidak
dapat digunakan ebelum mengalami proses
gramatikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar