Rabu, 15 Oktober 2014

pembentukan kata

PEMBENTUKAN KATA
karena sifat kearbitrerannya, tidak dapat ditelusuri lagi cara pembentukannya ,tetapi banyak pula yang perlu ditelusuri proses pembentukannya. Yang  kedua ini kita sebut proses pembentukan  yang bukan gramatikal, sebagai dikotomi yang dibentuk melalui proses gramatikal. Disamping itu , ada yang dibentuk melalui proses perubahan internal dan melalui proses adopsi.
4.1 Pembentukan Bukan Grametikal
Setiap kata, sesuai dengan teori klasik dari Ferdinand de Saussure ( 1913 ) terdiri dari dua komponen yaitu ; komponen bentuk atau bunyi (Prancis; signifiant) dan komponen makna, arti, atau konsep (prancis;signifie). Kedua komponen ini merupakan fenomena intralingual mengacu pada sebuah rujukan atau referen yang merupakan fenomena ekstraligual. Disamping itu menurut teori linuistik umum (chaer, 1994), hubungan antara bentuk  dan makna bersifat arbitrer artinya hungan antara bentuk dan makna itu tidak berisfat wajib sehingga hubungan keduanya tidak dapat dijelaskan. Misanya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang berkaki empat yang bisa dikendarai (ini adalah makna) disebut kuda (ini adalah buntuk atau bunyi). Dengan diawali kata lain, pembentukan kata kuda untuk memadahi konsep binatang berkaki empat yang bisa dikendarai tidak dapat dilacak dan diketahui cara pembentukanya. Meskipun demekian ada sejumlah kata yang proses pembentukanya dapat ditelusuri ya ini melalui proses onomatope, proses akroninisasi dan pengambilan dari nama penemu, pembuat,tokoh, atau nama tempat.
4.1.1 Proses Onomatope
Dalam proses onomatope, kata- kata itu dibentuk dengan meniru bunyi hal, benda,atau peristiwa yang mengeluarkan bunyi tersebut. Misalnya binatang  jenis reptil kecil yang melata di dinding disebut atau diberi nama cecak karena binatang itu mengeluarkan bunyi “cak, cak, cak”. Sebenarnya kata-kata yang dibentuk melalui proses onomatape ini tidak persis sama dengan bunyi yang ditirukan, tetapi hanya mirip saja, sesuai dengan yang di dengar telinga, dan sesuai dengan sistem bunyi bahasa yang bersangkutan.
4.1.2 Akronimisasi
Proses akronimisasi akan menghasilkan bentuk kata yang disebut akronim. Dalam proses pembentukannya sebuah makna ata konsep yang ditampilkan dalam bentukdua buah kata atau lebih,disingkat kata-katanya sehingga membentuk sebuah kata baru. Misalnya, kata cipularang berasal dari nama Ciampek-Purwakarta-Bandung melalui Padalarang. Boleh dikatakan kata yang terbetuk sebagai hasil akronimisasi ini adalah merupakan singkatan juga. Namun, singkatan ang dapat “diperlukan” sebagai sebuah kata karena lazim diucapkan dan digunakan sebagai sebuah kata. Dalam pembentukannya ada beberapa cara penyingkatan, yaitu:
1.       Pengambilan huruf – huruf ( fonem- fonem) pertama dari kata yang menbentuk konsep itu. Misalnya:  abri = angkatan bersenjata Republik Indonesia
Ikip = institut keguruan dan ilmu pedidikan
Bentuk abri dan ikip lazim di ucapkan dan ditulis sebagai kata karena it bisa disebut sebagai akronim.
2.       Pengambilan suku kata pertama dari setiap kata yang membentuk wadah konsep itu. Misalnya : balita = bawah lima tahun
Ormas = organisasi massa
Dalam hal ini banyak juga diambil suku kata pertama ditambah huruf pertama dari suku kata kedua pada kata pertama dan juga pada kata kedua.
3.       Pengambilan suku kata yang di anggap dominan dari kata-kata yang diwadahi kosep it. Misalnya: depdiknas = Departemen Pendidikan  Nasional
Gakin = keluarga miskin
4.       Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tdak beraturan , namun masih dengan memperthatikan keindahan bunyi,
 Misalnya: pilkada = pemilihan kepala daerah
Organda = organisasi angkutan darat
5.       Pengambilan unsur – unsur kata yang mewadahi konsep it ,tetai sukar disebutkan teraturnya.termasuk disini misalnya:
 sinetron = sinema elektronik
Iptek = ilmu pengetahun dan teknologi
Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil proses akronimisasi ini kita dapati hampirdalam semua bidang  kegiatan. Oleh karena itu  biasanya akronim itu hanya dipahami oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang tertentu saja.
Barang kali perlu di ketahui gejala yang besifat humor, yaitu tidak perlu ditanggapi secara serius , misalnya : benci di panjangkan menjadi benar-benar cinta dan bupati di panjangkan menjadi buka paha tinggi-tinggi.
4.1.3 Nama Penemu, pembuat, Tokoh, Merek Dagang, dan tempat
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah  kata yang bila ditelusuri  brasal dari nama seorang penemu, pembuat, toko, merek dagang, dan tempat. Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi frekuansi kemunculannya dalam pratik bahasa cukup tinggi. Contoh kata yang berasal dari nama penemu adalah kata mujair (nama sejenis ikan air tawar), yang mula-mula ditemukan  dan diternakkan oleh seorang petani di Kediri, Jawa Timur, yang bernama mujair dan contoh yang berasal dari nama pembuat adalah kondom ( sejenis alat kontersepsi) yan di buat oleh dokter condom. Kata-kata yang berasal dari nama pabrik atau merek dagang antara lain kata aqua, kodak , miwon, dll, sedngkan kata yang berasal nama tempat juga cukup banyak diantaranya kenari, sarden, magnet.
4.2 Pembentukan Kata Gramatikal

Kata-kata “jadi” maupun kata-kata yang dibentuk melalui proses onomatope dan proses  akronimisasi dalam ertuturan, biasanya perlu dibentuk dulu menjadi kata gramatikal melalui proses gramatika, yaitu proses afiksasi, proses reduplikasi, proses komposisi, atau proses konversi. Dalam proses gramatka ini ada bentuk dasar (atau dasar saja) yang kepadanya dikenekan proses itu, dan ada unsur embntukan, yaitu afiks (imbuhan), reduplikasi (pengulangan), komposisi (penggabungan), dan konversi (pemindahan atau pengubahan status). Bentuk dasar (ata dasar) dalam pembentukan kata gramatikal dapat berupa bentuk pradasar,kata dasar, kata berimbuhan,kata berulang, atau kata gabung. Bentuk pradasar adalah morfem dasar  terikat seperti bentuk juang pada kata berjuang, bentuk sia pada kata sia-sia, dan bentuk moga pada kata moga-moga atau semoga. Bentuk juang, sia, dan moga disebut sebagai bentuk pradasar atau morfem dasar  terikat karena bentuk-bentuk tersebut tidak dapat digunakan ebelum mengalami proses  gramatikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar